Tuesday, March 13, 2007

haCk agAin.

Hacking pada dasarnya adalah semangat. Saya menyebutnya
ruh, "ruh pengetahuan". Hacking akan mengajarkan kita bagaimana dunia
ini bekerja dan bagaimana kita menyikapinya. Bahkan terkadang kita
harus mengalahkannya. Dan esensi dari hacking adalah mengatasi

semua keterbatasan.

Hacking berkembang dalam lingkungan psikologi dan intelektual
tertentu, bukan berarti untuk menjadi hacker haruslah jenius, tapi
dengan mempelajari hacking kita akan belajar untuk menjadi jenius.
Dalam hal ini jenius berarti kemampuan untuk melihat hakikat. Orang
jenius bukanlah orang selalu mendapat rangking/juara bukan pula
orang yang dapat menjawab semua pertanyaan guru. Pada dasarnya
pertanyaan guru atau latihan disekolah adalah sesuatu yang bisa
dihafal, bisa dipelajari dengan buku (tekstual), tapi dengan begitu
kita berhenti untuk berfikir. Dalam geometri euclid kita mengenal
jarak terdekat dari dua titik adalah garis lurus, dan jumlah sudut
dalam segitiga adalah 180 derjad. Tapi apakah kita berada dalam
ruang yang datar ?, apakah ruang hanya seiris semesta ?.

Euclid gagal menjelaskan itu semua. Jarak antara GreenWich dengan
Los Angels seharusnya lebih jauh dari apa yang telah diprediksikan.
Karena kita melalui ruang yang melengkung. Dan pada ruang lengkung
jumlah sudut-sudut segitiga LEBIH dari 180 derjad. Berfikir dan
melihat dengan cara berbeda itulah yang dikatakan jenius. Kembali
kepada lingkungan hacking. Lingkungan hacker didominasi oleh
orang-orang yang mencoba melihat dengan cara yang unik dan dengan
begitu mereka mencoba untuk mengatasi keterbatasan.

Dalam dunia psikologi, - walaupun tidak semuanya - sebagian hacker memiliki
beberapa masalah psikologi. Bukanlah hal yang mudah untuk hidup
secara 'geek'. Hacker memiliki cara pandang dan pola hidup yang
sedikit menyimpang dari kebanyakan. Hal ini meyebabkan hacker
berbeda dan 'glow in the dark'. Budaya kebanyakan atau 'mainstream'
bukanlah sebuah budaya obyektif dan dapat diterima oleh hacker.
Mainstream telah tertidur dan melupakan berbagai masalah yang
seharusnya dipecahkan, setidak-tidaknya sebagai kebutuhan berfikir.
Mainstream dengan sifat 'kebanyakannya' telah menciptakan
nilai-nilai subyektif yang tidak obyektif kebenarannya, bahkan malah
masyarakatlah yang menciptakan 'standar kebenaran'. Sedangkan hacker
begitu menghargai liberalisme dan kebebasan berfikir dan menghargai
mengapa seseorang melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Hacker
menyadari bahwa hidup tidak selalu ideal dan prinsip 'ceteris
peribus' tidak dapat diterapkan begitu saja.

Hacker-hacker remaja atau 'proto-hacker' merupakan korban dari
mainstream. Dalam dunia hacker-hacker remaja, mereka berfikir jauh
melompati masyarakat disekeliling-nya. Dalam segi teknik-pun mereka
lebih kreatif dan mampu mengembangkan kemampuan berfikirnya. Sebut
saja 'phiber optik', 'bloodaxe', 'CB', merupakan remaja-remaja
unggul dan sekumpulan jenius yang terbuang.

Dalam dunia hacking, hacker berkomunikasi secara digital. Irc,
Messengger, Mailing-List dan Short Message System merupakan sarana
komunikasi yang paling sering dipergunakan. Dan dalam komunitas
mereka seperti saudara. Hacker akan merasakan kebahagiaan berada
dilingkungan dimana ia DIHARGAI dan mendapat tempat.

Komunitas bermula dari sekelompok anak muda - dan beberapa didirikan
oleh 31337 -. Dalam komunitas terdapat semangat saling membangun dan
bertukar informasi. Tidak jarang diantara komunitas mereka membahas
masalah pribadi, kedekatan secara emosional membentuk sebuah rasa
persaudaraan yang kuat. Tidaklah mengherankan begitu banyak
pendukung yang berasal dari kalangan hacker berdemonstrasi menuntut
kebebasan 'Kevin Mitnick'. Berbagai situs hacking, sebut saja
2600.com menempatkan logo "FREE KEVIN" dalam situsnya dan aktivis
hacking dengan bangga mengenakan t-shirt "FREE K".

Masing-masing komunitas hacker memiliki keunikan tersendiri, mereka
berusaha untuk memberikan yang terbaik. Persaingan sehat terjadi
disini, walaupun tidak jarang terjadi perang cyber (cyber war).
Namun hal ini terjadi dalam lingkungan cracker, kita sebut saja
cyber vandals. Mereka saling mengirimkan worm, menginfeksi
server-server dan secara terorganisir melakukan serangan Denial of
Service dengan berbagai tujuan.

Lalu mengapa mereka melakukan hacking ? Ini semua pada dasarnya
adalah sebuah rasa ingin tahu, dan keyakinan bahwa kebenaran ada
diluar sana !

Tapi sayangnya journalis, wartawan, seperti halnya para 'muggle'
dalam Harry Potter, mereka tidak tahu apa-apa dan menganggap semua
aktifitas hacker adalah ilegal dan digunakan untuk mencari
keuntungan materi. Mereka tidak menyadari semangat, jiwa dan ruh
hacking.

Semua penuh keingintahuan, dan hacker memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi. Dan sistem dan teknologi untuk ditaklukkan, bukannya sistem
yang menaklukkan dan mengendalikan kita !



No comments: